Peringati Hari Raya Kuningan & Galungan Warga Desa Peoho Padati Pura Ciwi Krama 

Nasionalinfo.com,Kolaka – Ratusan Warga Umat Hindu Bali di Desa Peoho padati Pura Ciwi Krama untuk melakukan persembahyangan hari raya kuningan, sabtu (29/02/2020).

Persembahyangan ini rutin dilaksanakan umat Hindu setiap enam bulan sekali. Persembahyangan hari raya Kuningan ini merupakan perayaan kemenangan dari dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan), Umat Hindu yang bersembahyang terlihat begitu khusyuk. Kebanyakan dari mereka datang dengan sanak keluarga, ada yang datang dengan istri atau suami, ada yang dengan anak, ataupun teman-teman.

Hari Raya Kuningan juga merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan yang bermakna perayaan “kemenangan Dharma” (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan) yang diperingati dengan melakukan persembahyangan bersama di setiap pura.

Beberapa rangkaian kegiatan dilakukan dalam pelaksanaan hari raya kuningan ini di antaranya penyambutan atau pagelaran seni gamelan, persembahyangan dan selanjutnya kembali ke rumah untuk melakukan seserahan di pura halaman rumah masing-masing.

Selaku Ketua suku PSDI/Parisade kerukunan umat Hindu Bali di Desa Peoho, Wayan Karim, S.Ag mengatakan, pelaksanaan hari raya kuningan ini merupakan rangkaian hari raya Galungan yang mana hari raya ini acap kali di maknai sebagai hari kemenangan atau kebaikan dan adapun tujuan pelaksanaan upacara kuningan ini adalah untuk memohon kesentosaan, serta perlindungan dan tuntunan lahir dan batin.

“Hari raya Galungan atau hari raya kuningan ini dimaknai sebagai hari raya kemenangan dan kebaikan, dimana setiap kebaikan pasti akan mengalahkan kejahatan yang mana dalam pelaksanaannya bertujuan untuk memohon kesentosaan serta perlindungan dan tuntunan lahir dan batin.” Pungkas Wayan Karim

Hal senada diucapkan oleh Kepala Desa Peoho, Wayan Kampiasa, bahwa tradisi ini merupakan simbol persembahan baik kepada tuhan maupun kepada leluhur yang sudah meninggal agar diberi tempat yang layak di alam sana. Secara niskala (tidak nyata) kita memberikan sesajen dan secara skala (nyata). Namun pada intinya bahwa perayaan kuningan ini merupakan perayaan hari kemenangan yang menuntut kita selalu memohon perlindungan serta tuntunan lahir dan batin.

“Keberadaan Pura ditiap-tiap halaman warga merupakan wujud kebaktian kita pada dalam mengaanalogikan Tuhan dalam wujud materi sebagai media perantara bagi umat untuk menyembah kepada Tuhan, karenanya perayaan kuningan ini merupakan perayaan hari kemenangan, yang menuntut kita untuk selalu memohon perlindungan serta tuntunan lahir dan batin.” Ujarnya

Lanjut Wayang Kampiasa, selaku pemerintah desa peoho kami telah mengusulkan kepada pihak kecamatan watubangga agar dalam setiap perayaan atau moment yang ada di Kabupaten Kolaka ini, pihak kami dalam hal ini adat istiadat bali dapat di publikasikan di khalayak umum, agar generasi milenial kedepannya dapat mengenal dan tidak buta adat khususnya adat bali.

“Kami juga mengusulkan agar kedepannya Pihak Kecamatan maupun Pemda Kolaka, agar kami dilibatkan dalam sebuah moment pagelaran budaya atau adat istiadat pada khususnya kesenian adat bali dalam setiap moment-moment penting yang ada di Kabupaten Kolaka ini pada khususnya.” Harapnya

Keunikan hari raya Kuningan selain penggunaan warna kuning adalah yaitu persembahyangan harus sudah selesai sebelum pukul 12.00 siang (tengai tepet), yang kemudian dilanjutkan dengan ritual khusus di pura halaman rumah masing-masing warga.

Laporan : Hamdan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *