Transisi Dari Musim Panas ke Musim Hujan Selalu Indentik Dengan Banyaknya Kasus Kejadian DBD

Nasionalinfo.Com, Kendari – Seiring datangnya musim hujan, rumah sakit kembali dipenuhi pasien demam berdarah dengue. Penyakit ini bukanlah penyakit baru, dan rumah sakit juga sudah tahu secara jelas apa yang harus dilakukan saat menerima pasien yang menderita penyakit akibat nyamuk ini.  Selain banjir, ada lagi hal yang patut diwaspadai masyarakat selama musim penghujan yaitu Demam Berdarah Dengue atau biasa disingkat DBD. Dengue Hemorraghic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit  menular yang disebabkan  oleh  virus dengue dan ditularkan oleh  nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 (dua) sampai dengan 7 (tujuh) hari tanpa penyebab yang  jelas,  lemah atau lesu,  gelisah,  nyeri  ulu  hati,  disertai  tanda  perdarahan  dikulit  berupa bintik  perdarahan  (petechiae,  lebam, echymosis) atau  ruam  (purpura)  kadang-kadang mimisan,  berak  darah,  muntah  darah,  kesadaran  menurun  atau renjatan  (syok) (Kemenkes Republik Indonesia, 2017).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.  Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi risiko lokal yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan urbanisasi. Kejadian demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Data WHO 2018 menunjukkan bahwa Jumlah kasus demam berdarah dengue yang dilaporkan meningkat dari 2,2 juta pada tahun 2010 menjadi lebih dari 3,34 juta pada tahun 2016 (WHO, 2018).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa persentase Dengue Haemorogic Fever (DHF) atau kasus Demam Berdarah pada tahun 2017 untuk Indonesia yaitu 26,12% sedangkan angka bebas jentik yaitu 46,7% (Kemenkes Republik Indonesia, 2017).

Demam Berdarah Dengue merupakan masalah  kesehatan   masyarakat   di   Indonesia.   Tahun   2015 tercatat  sebanyak  126.675  kasus  demam berdarah dengue (DBD) di  34  Provinsi  di  Indonesia  dan  1. 229  orang diantaranya   meninggal   dunia.   Jumlah   tersebut   lebih   banyak   dibandingkan  tahun sebelumnya yakni, 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal  dunia pada tahun 2014 dengan selisih perbedaan kasus 26.328 penderita  (Kemenkes Republik Indonesia, 2015).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang banyak  merugikan Masyarakat, penyakit ini selalu di temukan di Wilayah Tropis dan Subtropis, terutama di Daerah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika utara ( Arsin,2010).

Cara Penularan DBD

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengundang virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami penurunan kekebalan tubuh. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period ) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk  betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovarian transmisssion), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit (Depkes R. I., 2013).

Gejala DBD

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang berlangsung dalam  waktu singkat yakni antara 2-7 hari, yang dapat mencapai 40°C. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing).

2. Tanda-tanda perdarahan

Seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit seperti tes rumpeleed (+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar berdarah berwarna kehitaman (melena).

3. Pembesaran hati (hepatomegali)

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.

4.Renjatan (syok)

Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyutan nadi yang teraba lemah dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran dan rejatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.

5. Trombositopeni

Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) ≤ 100.000 /mm³.

6. Hemokonsentrasi

Peningkatan kadar hematokrit ≥ 20 % dari nilai normal.

Epidemiologi DBD

Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang dilaporkan oleh Bylon, seorang dokter berkebangsaan Belanda. Infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian, tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia (Kemenkes RI, 2013).

Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968 dan di Jakarta pada tahun 1969. kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Yogyakarta (1972). Tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh 27 propinsi di Indonesia. Saat ini DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan).

Pencegahan DBD

Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular lain didasarkan atas pemutusan rantai penularnya. Komponen penularan terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes Aegypti dan manusia. Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif terhadap virus tersebut, maka pemberantasan ditujukan pada manusia dan terutama pada  vektornya dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) (Rezaki dan Hindra, 2009).

Mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD, setiap keluarga serta masyarakat perlu melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) dengan cara “3 M plus”yaitu:

  • Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan, drum, bak mandi) atau menabur bubuk Abate / Altosid bila tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras, menguras minimal 1 minggu sekali.
  • Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di dalamnya.
  • Mengubur atau membuang barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnya ban bekas, tempat minuman mineral. Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:
  1. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.
  2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
  3. Menutup lubang – lubang pada potongan bambu atau pohon, dan lain-lain.
  4. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat – tempat yang sulit di kuras atau di daerah yang sulit air.
  5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak – bak penampung air.
  6. Memasang kawat kasa.
  7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
  8. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
  9. Menggunakan kelambu saat tidur.

Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk (memakai lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, dan lain-lain). Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah “3M Plus (Kemenkes RI., 2014).

 

IMRAN HATTA                                                                                    

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

 

 

Loading...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *