Cegah Preeklamsia Sedini Mungkin

Nasionalinfo.Com, Kolaka – Di Indonesia sendiri data Angka kematian ibu yang dihimpun dari catatan Program Kesehatan Keluarga oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan 4.627 kematian ibu hamil di Indonesia. Angka tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 4221 kematian. Berdasarkan penyebabnya, mayoritas dengan kasus hipertensi kehamilan yang berlanjut dengan preeklampsia. Pada tahun 2022 kematian akibat perdarahan berjumlah 1.330 kasus, kematian akibat preeklampsia berjumlah 1110 kasus, dan kematian akibat gangguan kardiovaskular berjumlah 230 kasus. Beberapa Opini publik tentang pencegahan preeklamsia pada ibu hamil dapat bervariasi tergantung pada informasi yang diterima masyarakat dan pemahaman mereka tentang kondisi tersebut. Pada umumnya, upaya pencegahan preeklamsia dianggap positif dan mendapat dukungan karena preeklamsia dapat menjadi kondisi serius yang dapat membahayakan kesehatan ibu hamil dan janin.

Beberapa opini umum masyarakat terkait pencegahan preeklamsia melibatkan:

  1. Pengetahuan dan Pendidikan: Terdapat kesadaran akan pentingnya pengetahuan dan pendidikan terkait preeklamsia. Semakin banyak informasi yang tersedia kepada masyarakat, semakin baik pencegahan dapat dilakukan.
  2. Pemeriksaan Rutin: Opini umum mendukung pemeriksaan rutin selama kehamilan sebagai bagian dari upaya pencegahan. Monitoring tekanan darah, urine, dan tanda-tanda lainnya dapat membantu mendeteksi preeklamsia lebih awal.
  3. Gaya Hidup Sehat: Banyak orang setuju bahwa gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang seimbang, aktivitas fisik yang cukup, dan menghindari kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol, dapat berkontribusi pada pencegahan preeklamsia.

    Hingga kini penyebab pasti terjadinya preeklamsia pada kehamilan belum diketahui namun ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya preeklamsia meliputi:

  1. Riwayat Preeklamsia Sebelumnya: Jika seorang wanita telah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, risiko untuk mengalami kondisi ini pada kehamilan berikutnya dapat meningkat.
  2. Riwayat Keluarga: Jika anggota keluarga wanita tersebut, seperti ibu atau saudara perempuan, memiliki riwayat preeklamsia, risiko wanita tersebut untuk mengalami kondisi serupa dapat meningkat.
  3. Usia: Risiko preeklamsia cenderung meningkat pada wanita yang hamil di usia yang lebih muda (di bawah 20 tahun) atau lebih tua (di atas 35 tahun).
  4. Kehamilan Pertama atau Kehamilan Ganda: Kehamilan pertama atau kehamilan ganda (kandungan kembar, triplets, dll.) dapat meningkatkan risiko preeklamsia.
  5. Obesitas: Wanita dengan indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan preeklamsia.
  6. Hipertensi Sebelumnya: Wanita yang sudah menderita hipertensi sebelum hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia.
  7. Penyakit Ginjal atau Diabetes: Wanita dengan riwayat penyakit ginjal atau diabetes sebelum hamil cenderung memiliki risiko preeklamsia yang lebih tinggi.
  8. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS): PCOS dapat meningkatkan risiko preeklamsia.
  9. Faktor Etnis: Beberapa kelompok etnis memiliki risiko lebih tinggi untuk preeklamsia, seperti wanita Afrika-Amerika.
  10. Jarak Kehamilan Pendek atau Panjang: Jarak antar kehamilan yang terlalu pendek atau terlalu panjang dapat meningkatkan risiko preeklamsia.

         Namun Pencegahan preeklamsia sebaiknya dimulai sejak awal kehamilan maupun sedini mungkin hal ini tentunya lebih efektif dalam melakukan penanganan  kondisi serius yang dapat berkembang selama kehamilan dan biasanya membutuhkan perhatian medis. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah atau mengurangi risiko preeklamsia sedini mungkin melibatkan:

  1. Pemeriksaan Rutin: Kunjungan prenatal yang teratur dan pemeriksaan rutin oleh tenaga kesehatan sangat penting. Monitoring tekanan darah, berat badan, dan kondisi kesehatan lainnya dapat membantu mendeteksi gejala atau tanda-tanda preeklamsia lebih awal.
  2. Polanya Makan Seimbang: Menerapkan pola makan yang seimbang dan kaya akan nutrisi penting, seperti kalsium, magnesium, dan asam folat, dapat membantu dalam pencegahan preeklamsia.
  3. Aktivitas Fisik yang Tepat: Olahraga ringan yang disetujui oleh dokter atau bidan dapat membantu menjaga kesehatan ibu hamil. Namun, aktivitas fisik harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kehamilan individu.
  4. Istirahat yang Cukup: Peregangan dan istirahat yang cukup adalah bagian penting dari perawatan prenatal. Memastikan ibu hamil mendapatkan istirahat yang cukup dapat membantu mengurangi stres pada tubuh.
  5. Pantau Gejala Awal: Ibu hamil sebaiknya memahami gejala preeklamsia, seperti tekanan darah tinggi, edema (pembengkakan), atau masalah penglihatan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika mengalami gejala tersebut.
  6. Manajemen Faktor Risiko: Jika ibu hamil memiliki faktor risiko tertentu, seperti riwayat preeklamsia sebelumnya atau penyakit kronis lainnya, manajemen kesehatan yang ketat dan pengawasan ekstra mungkin diperlukan.
  7. Suplementasi yang Dibutuhkan: Terkadang, dokter dapat merekomendasikan suplemen, seperti kalsium atau aspirin dosis rendah, sebagai langkah pencegahan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi preeklamsia. Namun, ini harus dibicarakan terlebih dahulu dengan profesional kesehatan.
Untuk dicatat bahwa setiap kehamilan adalah unik, dan rencana pencegahan harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan anjuran tenaga kesehatan. Konsultasikan selalu dengan dokter atau bidan untuk mendapatkan saran khusus berdasarkan keadaan masing-masing ibu hamil.

 

NUVI YANTI ROKA

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA  

Loading...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *