Nasionalinfo.Com, Kendari – Sistem Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Security) merupakan upaya untuk melindungi dunia dari ancaman kesehatan yang melintasi batas negara. Globalisasi telah mempermudah penularan penyakit, sehingga diperlukan kerja sama antar negara dalam mendeteksi, merespons, dan mencegah penyebaran penyakit secara cepat dan efektif. Ancaman kesehatan global dapat berdampak pada stabilitas ekonomi, politik, perdagangan, pariwisata, bisnis, dan stabilitas demografis. Indonesia, sebagai salah satu negara G20, memiliki peringkat ke-13 dalam Global Health Security Index pada 2021. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan juga memegang peran penting dalam mempertahankan sistem kesehatan Indonesia, termasuk dalam hal produksi dan distribusi farmasi.
Salah satu tantangan dalam membangun Sistem Ketahanan Kesehatan Global adalah kesenjangan akses kesehatan antara negara-negara maju dan berkembang. Kesenjangan akses kesehatan antara negara-negara maju dan berkembang menjadi isu kesehatan global yang kompleks. Data dari Global Health Security Index pada 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-13 di antara 19 negara G20 dengan skor 50,4 poin. Penilaiannya berdasarkan enam kategori, yakni pencegahan, deteksi dan pelaporan, kecepatan merespons, sistem kesehatan, pemenuhan terhadap standar internasional, dan risiko lingkungan.
Negara-negara maju cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya kesehatan, termasuk fasilitas medis, peralatan, dan sumber daya manusia, sementara negara-negara berkembang sering kali menghadapi keterbatasan dalam hal ini. Hal ini dapat memperburuk dampak krisis kesehatan global, seperti pandemi, dan menghambat upaya pencegahan, deteksi, dan respons yang efektif. Sementara itu, peluang dalam mengatasi tantangan ini meliputi peningkatan kerja sama internasional untuk mendukung negara-negara berkembang dalam memperkuat infrastruktur kesehatan, transfer teknologi, dan peningkatan akses terhadap vaksin, obat, dan peralatan medis.
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang di antaranya adalah kurangnya pasokan vaksin, kurangnya pasokan obat-obatan, dan kurangnya fasilitas medis. Peluang dalam mengatasi tantangan ini meliputi peningkatan kerja sama internasional untuk mendukung negara-negara berkembang dalam memperkuat infrastruktur kesehatan, transfer teknologi, dan peningkatan akses terhadap vaksin, obat, dan peralatan medis. Kesenjangan akses vaksin antara negara kaya dan miskin menjadi isu yang merugikan negara berkembang secara signifikan. Negara-negara maju cenderung melakukan pemesanan vaksin secara besar-besaran, yang dapat mengakibatkan kelangkaan pasokan vaksin bagi negara-negara berkembang. Hal ini terkait dengan isu hak paten, di mana negara berkembang berpendapat bahwa hak paten vaksin cenderung menguntungkan industri farmasi daripada mengutamakan kesehatan publik. Di negara berkembang, pelayanan kesehatan primer seringkali lambat dan akses terhambat oleh jarak, regulasi, dan perjanjian dengan dokter, sementara di negara maju, upaya pencegahan dan promosi kesehatan sudah lebih baik dilakukan. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam akses dan kualitas pelayanan kesehatan antara negara maju dan negara berkembang.
Faktor-faktor yang menyebabkan masalah kesenjangan akses kesehatan antara negara-negara maju dan berkembang antara lain adalah Keterbatasan Sumber Daya dan Perbedaan Sistem Kesehatan. Negara-negara berkembang sering kali menghadapi keterbatasan sumber daya, termasuk fasilitas medis, peralatan, dan sumber daya manusia, yang mempengaruhi akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Begitupula dengan perbedaan sistem kesehatan, dimana terdapat perbedaan signifikan dalam sistem kesehatan antara negara maju dan negara berkembang, termasuk dalam hal pelayanan kesehatan primer, akses, pembiayaan kesehatan, dan komunikasi dokter dan pasien.
Implikasi secara lebih luas dari kesenjangan akses kesehatan antara negara-negara maju dan berkembang adalah terbatasnya akses terhadap vaksin dan pelayanan kesehatan primer bagi negara berkembang, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan masyarakat. Hal ini menunjukkan perlunya kerja sama global dalam mengatasi kesenjangan akses kesehatan, termasuk dalam hal distribusi vaksin dan peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan primer. Upaya Indonesia dalam memimpin inisiatif kesehatan global di forum G20 merupakan langkah positif dalam mengatasi isu ini
Kesenjangan akses kesehatan dapat memperburuk ketimpangan kesehatan global, di mana negara-negara berkembang menghadapi risiko lebih tinggi terhadap penyakit menular dan tidak menular akibat keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan dan vaksin. Kesenjangan akses kesehatan dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang, karena beban penyakit yang tinggi dapat menghambat produktivitas dan pembangunan ekonomi dan implikasi jangka panjangnya juga dapat berdampak pada krisis sosial dan kesejahteraan masyarakat, karena akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan dapat memperburuk kemiskinan dan ketimpangan sosial.
Langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh negara Indonesia untuk mengatasi atau memperbaiki situasi kesehatan tentang kesenjangan akses kesehatan antara negara-negara maju dan berkembang diantaranya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Primer seperti kualitas pelayanan kesehatan primer dengan meningkatkan akses terhadap fasilitas medis, peralatan, dan sumber daya manusia yang berkualitas, Meningkatkan Dukungan Pembiayaan Kesehatan diantaranya dukungan pembiayaan kesehatan dengan meningkatkan anggaran kesehatan dan memperkuat sistem jaminan kesehatan nasional, Meningkatkan Kerja Sama Internasional dalam hal transfer teknologi dan peningkatan akses terhadap vaksin, obat, dan peralatan medis dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit melalui kampanye dan program edukasi kesehatan.
Muhamad Daris
Megister Kesehatan Masyarakat
Universitas Mandala Waluya