Nasionalinfo.Com, Kendari – Saat ini bayang-bayang permasalahan stunting mulai merambah dunia kesehatan Indonesia. Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya apa itu stunting,sejak kapan adanya dan apa penyebabnya??
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.Stunting ini baru nampak ketika anak berumur 2 tahun.
Target prevalensi stunting dalam RPJMN 2020-2024 adalah 14 %,menurut data riskesda 2018 prevalensi stunting sebesar 30,8 %,angka ini menurun ditahun 2021 menjadi 24,2 %. Masih ada sekitar 10 % yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah agar target RPJMN dapat dicapai.
Pemenuhan target ini telah dibahas dalam rapat terbatas mengenai strategi percepatan penurunan stunting dengan melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
Sebagian dari kita akan bertanya bagaimana mencegah stunting dengan step up for breastfeeding,educate and support yaitu langkah menyusui,edukasi dan dukungan.
Tema tentang breastfeeding adalah tema pekan ASI tahun 2022. Pekan ASI yang mulai dicetuskan pada 14 Februari 1991 oleh Word Alliance For Breastfeeding Acti (WABA),bertujuan untuk menyuarakan gerakan menyusui secara global dan menyediakan dukungan para ibu agar bisa menyusui dimana saja.
Pemberian ASI merupakan langkah nyata dalam mengurangi resiko stunting. Pemberian ASI di 1.000 hari pertama kelahiran akan bisa mengurangi resiko stunting dimana kita tahu bahwa salah satu penyebab stunting adalah kekurangan gizi.
ASI sebagai makanan utama bayi baru lahir merupakan gizi optimal yang akan menghindarkan bayi dari resiko stunting,bahkan dokter menyarankan untuk meneruskan ASI sampai genap usia 2 tahun.
Bagi umat islam,prinsip ini sejalan dengan salah satu ayat didalam Al qur’an yaitu surah Al baqarah ayat 233 Allah memerintahkan ibu untuk menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh bagi yang ingin menyusui secara sempurna.
Bagaimana tema pekan ASI 2022 bisa diwujudkan ?
Pemberian ASI yang tepat memiliki korelasi yang sangat kuat dengan upaya pencegahan stunting,sehingga bayi yang mendapat ASI secara benar memiliki potensi 4,8 kali tidak akan mengalami stunting dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI secara baik.
Pemberian ASI cegah stunting pada Anak Usia Dini (AUD) tentu saja bukan hanya ibu yang berperan dalam kegiatan menyusui, hampir seluruh lapisan masyarakat juga memiliki peran dalam pemberian ASI.
Dari orang-orang disekitar ibu menyusui sendiri,tenaga kesehatan sebagai tempat konseling atau konsultasi,masyarakat sekitarnya dan pemerintah dengan penetapan kemudahan menyusui bagi ibu dengan menyediakan ruang laktasi.
Edukasi yang harus diberikan tidak saja saat menyusui tetapi juga sebelum menikah atau melahirkan sehingga ketika seorang ibu akan menyusui sudah siap,baik secara psikologi maupun fisik.
Berbeda dengan nasional yang telah mencapai prevalensi stunting sebesar 24,2 % ditahun 2021, Sulawesi tengah tahun 2022 masuk urutan ke-7 angka stunting tertinggi nasional yaitu sebesar 28,2 %, masih jauh dari target nasional 14 % tahun 2024. Tetapi angka ini telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 29,7 %.
Percepatan angka prevalensi stunting ini diperkirakan akan mempengaruhi angka indeks Pembangunan Manusia karena stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas , menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan.
Di Sulawesi Tengah IPM (Indeks Pembangunan Manusia) tahun 2022 sebesar 70,28 mengalami peningkatan dibanding sebelumnya 69,79 tahun 2021. Angka ini dipengaruhi meningkatnya semua dimensi pembentuk IPM yaitu kualitas kesehatan, pendidikan maupun pengeluaran per kapita yang disesuaikan.
Berbagai upaya pemerintah terkait percepatan penurunan prevalensi stunting dilakukan dengan mengalokasikan dana APBD untuk mendukung percepatan penurunan stunting yaitu sebesar Rp.34,15 triliun anggaran 2022.
Berdasarakan data Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah,cakupan bayi kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) esklusif tahun 2021 sebesar 53,5 % dan tahun 2022 terjadi peningkatan cakupan sebesar 54%. Target RPJMN yaitu 50%. Begitu juga persentasi bayi baru lahir mendapat inisiasi menyusui dini (IMD) tahun 2022 sebesar 91,9 %,dari target nasional sebesar 62 %.
Penurunan prevalensi stunting harus dilakukan semua lapisan masyarakat dan pemerintah, tidak terpaku pada satu atau sekelompok orang saja.
Pemerintah mempunyai peran dalam membuat regulasi yang bisa mendukung program Pemberian ASI agar bisa mencegah stunting atau program-program lain untuk percepatan penurunan prevalensi stunting, termasuk mengaktifkan peran Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
Memperbanyak program seperti yang digulirkan Wali Kota Palu seperti program Dapur Sehat Guna Atasi Stunting
Mengevaluasi program yang sudah ada,mengkampanyekan secara masiv pentingnya ASI untuk mencegah stunting tidak hanya pada ibu yang menyusui bahkan untuk remaja dan calon ibu. Kampanye ini bisa dengan baliho, iklan melalui media cetak dan elektronik. Cegah stunting sejak dini dengan gerakan cinta menyusui, kalau bukan kita siapa lagi.
Pemberian ASI langkah awal memperbaiki kualitas generasi harapan bangsa. ***
EARLY MASITA
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA