NASIONALinfo.com, Belawan – Sepanjang tahun 2019, Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Belawan sudah melakukan ekspor kemiri sebanyak 32 kali pengiriman dengan total omset Puluhan Milyar Rupiah.
“ Total volume kemiri yang sudah kita ekspor ada sebanyak 425.500 kilogram (kg) atau 425,5 ton, totalnya mencapai 20.182.861.686 Milyar. Dengan tujuan ekspor Malaysia dan Singapura.” kata Kepala BBKP Belawan Hasrul kepada wartawan melalui pesan singkat Whatsapp, jumat 13/7/2019.
Ada beberapa perusahaan yang terlibat dalam ekspor komoditas hasil perkebunan tersebut, yakni CV Agro Makmur Jaya, CV Azzahra Corporation dan CV Alaska Permai.
Mengenai daerah asal pengambilan kemiri, Hasrul mengatakan, kemiri yang diekspor ini diambil dari sejumlah petani yang ada di beberapa daerah di Sumut, seperti Binjai, Pematangsiantar dan Dairi. Sebelum diekspor pihaknya tetap melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan produk tersebut.
“Semua barang atau produk pertanian yang akan diekspor harus dilengkapi dengan sertifikat kesehatan tumbuhan atau Phytosanitary certificat sesuai dengan syarat negara tujuan,” ujar Hasrul.
Sebelumnya, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil, mengatakan pemerintah daerah harus mendukung ekspor produk-produk pertanian sebagaimana instruksi Presiden Joko Widodo melalui Menteri Pertanian.
Sehingga produk-produk pertanian dari Tanah Air memiliki nilai jual tinggi, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Saat ini, semua produk pertanian bisa diekspor dengan nilai jual yang tinggi. Diversifikasi produk ekspor mulai banyak, dan ini yang perlu didukung pemerintah daerah dan instansi terkait.
“Saya sudah menjalani seluruh kantor Karantina di Indonesia yang jumlahnya ada 50 kantor. Dari apa yang saya lihat itu, semua produk pertanian bisa diekspor. Apalagi di Sumut, yang memiliki banyak potensi. Tinggal bagaikan koyta mau mengerjakannya,” kata Jamil.
Jamil mencontohkan, daun ketapang kering ternyata memiliki nilai ekspor yang sangat tinggi, mencapai Rp 1 juta per kg, yang diekspor ke Jepang. Begitu juga dengan daun galingga, edamame atau kedelai sayur yang hanya butuh waktu 45 hari masa penanaman. Dan, harga edamame lumayan tinggi, berkisar Rp 50.000 per kg.
“Bagaimana dengan Sumut? Apakah cukup hanya mengandalkan karet, sawit, kopi, dan kakao saja? Barang yang diekspor melalui Belawan juga banyak yang dipasok dari luar Sumut, seperti Aceh, Riau dan lain-lain,” kata Ali Jamil.
Kalau mereka (Aceh, Riau) menutup jalurnya, tidak lagi dari Belawan, kata Jamil, apalagi yang akan diekspor Sumut?
“Kita harus berani ekspor terutama generasi milenial. Jangan takut kalau barangnya tidak laku atau karena tidak ada pasar. Karantina siap mencarikan pasar ekspor. Bayangkan saja, gigi taring babi yang jelas-jelas sampah ternyata laku di luar negeri. Bahkan harganya cukup tinggi, mencapai Rp 1 juta per kg,” jelasnya.
Karena itu, Ali Jamil mengajak generasi milenial untuk berani ekspor. Yang punya lahan tanami dengan pinang, ketapang, kunyit, jeruk kesturi, jengkol dan lain sebagainya.
“Jangan pernah takut barangnya tidak laku. Sekarang ini tidak ada yang tidak laku, semua laku dijual ke luar negeri. Jangan biarkan barang itu busuk. Sampaikan barangnya ke Karantina untuk dijual,” tegas Ali Jamil.
Laporan : Surya atm
Editor : Redaksi